JAKARTA – Tradisi tantangan minum dua botol sirup dalam 3 menit untuk ditukarkan dengan uang sedang disoroti banyak orang. Pasalnya, tantangan ini tidak memperhitungkan dampak terhadap kesehatan dan hanya mengejar ketenaran.
Menanggapi pemberitaan virus tersebut, ahli epidemiologi dari Griffith University, Dr Dicky Budiman mengungkapkan bahaya cara tersebut bagi kesehatan, terutama bagi ginjal.
“Setiap habis minum, tidak langsung keluar berupa feses atau buang air kecil. Tapi ada proses yang akan membebani organ tubuh, terutama ginjal, lama kelamaan terlalu singkat dan ini berbahaya,” kata dr. Dicky di MNC Portal Indonesia, Rabu (27.12.2023).
Terlalu banyak mengonsumsi sirup gula tinggi dapat dengan cepat meningkatkan kadar gula darah. Hal ini sangat berbahaya bagi penderita penyakit seperti diabetes.
“Khususnya bagi mereka yang memiliki masalah metabolisme seperti diabetes. Mereka akan terjatuh, bahkan pingsan, karena gula darahnya langsung naik,” kata dr Dicky.
Dr Dicky menjelaskan, minuman kaleng atau kemasan mengandung gula yang tinggi. Ada juga minuman yang beracun bagi ginjal. Minum terlalu banyak alkohol beracun dapat menyebabkan kematian.
Sebaiknya Anda terus memantau asupan gula, terutama bagi mereka yang mengalami kelebihan berat badan dan orang berusia 35 tahun ke atas. Minum minuman yang berbentuk sirup sebenarnya tidak ada masalah, namun harus tetap dalam batas wajar. Standar asupan gula harian yang dianjurkan Kementerian Kesehatan adalah 50 gram atau setara dengan 4 sendok teh.
Namun meminum terlalu banyak alkohol dan terlalu banyak gula secara teratur dapat menyebabkan masalah kesehatan. “Apalagi jika Anda kelebihan berat badan dan berusia di atas 35 tahun, sebaiknya batasi minuman manis seperti sirup ini,” jelasnya.
Oleh karena itu, produsen konten dan konsumen media harus menjadi sangat penting dalam memilih dan menciptakan tren yang ada. Apalagi jika sudah viral dan banyak dilihat oleh remaja atau anak-anak yang hanya mengikuti tren tersebut.
“Biasakanlah untuk berpikir serius dan berperilaku yang tidak membahayakan kesehatan tubuh. Hal ini bisa menjadi suatu praktek yang berbahaya, apalagi akan banyak diikuti oleh generasi muda atau anak-anak yang kurang paham dan berpikiran pendek. , tegas dr Dicky.