INFOKUTIM.COM, Jakarta – Penerbit orang terkaya Indonesia Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) telah menyelesaikan akuisisi dua aset pembangkit listrik tenaga angin (PLTB). Kedua PLTB tersebut adalah PT UPC Sukabumi Bayu Energi dan PT Lombok Timur Bayu Energi.
Tujuan pengambilalihan Kabupaten Sukabumi dan Lombok adalah untuk mengembangkan bisnis dan memperkuat posisi bisnis perusahaan di industri energi terbarukan, kata Sekretaris Perusahaan PT Barito Renewables Energy Tbk Merly, Kamis (01-04-2024). ).
Usai akuisisi, emiten yang baru tercatat di Bursa ini memperoleh 51 persen hak pengelolaan PLTB Sukabumi dengan total kapasitas terpasang 150 MW dan 51 persen PLTB Lombok Timur dengan total kapasitas terpasang 115 MW. Jika kapasitas terpasang BREN dikembangkan sepenuhnya, maka bisa meningkat +27,5 persen dari 961 MW menjadi 1.226 MW.
Pada 3 Januari 2023, perseroan melalui PT Barito Wind Energy (BWE) menyelesaikan akuisisi 19.364 saham atau sekitar 51 persen dari total saham yang disetor dan ditempatkan PT UPC Sukabumi Bayu Energi (Sukabumi) dari UPC Renewables Asia IV Limited ( Asia IV) dan UPC Sukabumi (HK) Ltd (Sukabumi HK).
Harga pembelian sebesar USD 1,559,910.22 dan penerimaan novasi sebagian dana untuk ikut serta dalam pinjaman pembangunan Sukabumi sebesar USD 312,330.05 dari PT UPC Renewables Indonesia (UPCRI) dan USD 2,183,579.56 dari UPC Renewables Limited (UPCR Renewables Limited).
Pada saat yang sama, perseroan menyelesaikan akuisisi 10.200 saham atau sekitar 51 persen dari total modal disetor dan ditempatkan PT Lombok Timur Bayu Energi (Lombok) dari UPC Renewables Asia VIII Limited (Asia VIII) dan UPC Lombok ( HK) Ltd (Lombok HK ) .
Harga pembelian sebesar US$3.122.307,94 dan novasi sebagian pendapatan investasi Lombok Development Loan sebesar US$80.965,53 dari UPCRI dan US$171.351,53 dari UPCRL.
Sayangnya, saham BREN justru terkoreksi setelah akuisisi diumumkan. Saham BREN hari ini Jumat 4 Januari 2024 turun 0,66 persen menjadi 7.525.
Hingga berita ini ditulis, frekuensi perdagangan saham BRen tercatat sebanyak 3.784 kali. Total saham yang diperdagangkan sebanyak 10,42 juta lembar saham senilai Rp79,32 miliar. Dalam sepekan, harga BREN turun 1,63 persen. Sedangkan saham BREN naik 864,74 persen sejak IPO pada 9 Oktober 2023 di harga Rp 780 per saham.
Sebelumnya diberitakan, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) akan membagikan dividen interim tahun buku 2023.
Dalam pemberitahuan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Barito Renewables Energy pada Selasa (14/11/2023) akan membagikan dividen interim sebesar Rp 523,41 miliar atau Rp 3,91 per saham. . Penyalurannya sesuai dengan keputusan dewan yang disetujui dewan komisaris pada 10 November 2023.
Namun, pada 30 September 2023, pendapatan Induk adalah $84,47 juta, sisa pendapatan tanpa jaminan adalah $491,83 juta, dan total pendapatan adalah $460,28 juta. Berikut jadwal dividen interim PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN): Dividen pasar umum dan negosiasi: 22 November 2023 Ex-dividen pasar umum dan negosiasi: 23 November 2023 Dividen pasar uang: 24 November 2023 Saham pasar uang: 27 November 2023 Tanggal pencatatan : 24 November 2023 Setoran saham: 8 Desember 2023
Pada perdagangan Selasa 14 November 2023, saham BREN menguat 1,42 persen ke Rp 5.375 per saham. Saham BREN dibuka 25 poin pada harga masing-masing Rp 5.325.
Saham BREN tertinggi Rp 5.425 dan terendah Rp 5.250 per saham. Jumlahnya sebanyak 10.497 exit dengan total perdagangan 246.728 dengan nilai penjualan Rp 131,9 miliar.
Sebelumnya terungkap, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) melalui perusahaannya, Star Energy Group Holdings Pte Ltd (STAR) berkomitmen mengembangkan bisnis yakni Salak Binary Project.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Rabu (18/10/2023), perseroan menargetkan hari kerja pada akhir tahun 2023.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Barito Renewables Energy Merly mengatakan Proyek Biner Salak dengan kapasitas baru 15MW (gross) telah mencapai tonggak penting yaitu selesainya mesin pada 3 Oktober 2023 dengan tingkat keberhasilan keseluruhan hingga menjadi 95,26 persen.
“Langkah implementasi COD selanjutnya adalah terhubung ke jaringan dan misinya diharapkan pada akhir tahun 2023,” ujarnya dalam siaran pers.
Menurut dia, terdapat kapasitas baru untuk produksi unit yang sudah beroperasi dengan melaksanakan proyek retrofit dengan teknologi terkini dan peningkatan kapasitas peralatan.
“Saat ini STAR telah memulai proyek renovasi di Stasiun Salak untuk meningkatkan kapasitas sebesar 7,2MW dan dijadwalkan mulai beroperasi pada akhir tahun 2025,” ujarnya.
Perseroan melalui STAR berkomitmen untuk melakukan penelitian panas bumi di dua wilayah di Indonesia, yakni Hamiding (Maluku Utara) dan Sekincau Selatan (Lampung). Saat ini STAR sedang melakukan survei pendahuluan dan studi eksplorasi panas bumi (PSPE) di dua wilayah eksplorasi tersebut.
Selain itu, Barito Renewables Energy melalui STAR sedang mencari ide pengembangan bisnis dengan mengakuisisi perusahaan energi terbarukan dan perusahaan baru di dalam dan luar negeri.
Sebelumnya diberitakan, saham produsen energi terbarukan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terus mengalami kenaikan harga setiap harinya sejak tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Oktober 2023.
Pada penutupan perdagangan Selasa 17 Oktober 2023, saham BREN berada di harga Rp 3.430 per saham dan memiliki kapitalisasi pasar Rp 458,89 triliun. Melihat situasi harga saat ini, bagaimana prospek saham BREN di sisa tahun ini?
Kepala Informasi Keuangan Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan, harga BREN saat ini tergolong premium dibandingkan emiten pengembangan panas bumi lain yang sudah melakukan penawaran umum (IPO), yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
Namun secara umum, BREN berkomitmen terhadap ide bisnisnya mengingat kebutuhan pengembang energi terbarukan akan terus meningkat di masa depan.
“Industri energi terbarukan memiliki prospek yang baik seiring dengan penurunan emisi energi fosil dan karbon dioksida,” lapor INFOKUTIM.COM, Rabu (18/10/2023).
Karena BREN beroperasi di sektor panas bumi, penjualan listrik dan pendapatan sewa dari uap dan generator merupakan sumber utama bagi produsen untuk meningkatkan kinerja keuangannya.
Namun, investor perlu berhati-hati dalam berinvestasi di saham BREN di tengah kenaikan harga saham emiten Prajogo Pangestu.
“Mungkin strategi menunggu penurunan atau koreksi bisa menjadi pilihan investor,” ujarnya.
Senada dengan itu, Analis Pasar Modal Desmond Wira menilai harga saham BREN saat ini sedang overvalued. Oleh karena itu, investor harus menyadari bahwa harga BREN dapat berubah sewaktu-waktu.
Karena investor pemilik saham BREN bisa mengambil keuntungan, ujarnya.