INFOKUTIM.COM, Jakarta Akhir tahun lalu, INFOKUTIM.COM berkesempatan mewawancarai Amalia Adiningar Vidyasanti, Pj Direktur Badan Pusat Statistik (BPS). Seorang wanita bernama Winnie bercerita banyak tentang ilmu data, big data, dan penggunaan kecerdasan buatan dalam pengelolaan data, khususnya di bidang pertanian.
Ia juga mengatakan, informasi yang diberikan BPS penting bagi banyak kementerian dan organisasi sebelum mengambil keputusan. Untuk menghasilkan data yang akurat, BPS perlu mengadopsi berbagai teknologi agar data yang dihasilkan tidak bias.
Mengangkat gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung, Winnie mengajak generasi muda untuk belajar dan menimba ilmu sebelum mengikuti program master di Rensselaer Polytechnic Institute di Troy, AS, dan program doktoral di University of Melbourne, Australia. platform ilmu data yang benar-benar berguna di masa depan.
Berikut petikan wawancara Amalia Adingar Vidyasanti dan Teddy Tri Setio Berti di Bingkang Liputan6.
Seberapa komprehensif data pertanian dan pangan yang tersedia di BPS saat ini?
Oleh karena itu, jelas bahwa BPS sebagai penyelenggara statistik nasional berupaya keras untuk terus meningkatkan kualitas dan keragaman data. Salah satunya adalah memberikan informasi pertanian dan pangan. Misalnya minggu lalu kita merilis Sensus Pertanian 2023.
Sensus Pertanian merupakan informasi dasar pertanian, struktur pertanian kita, kemudian jenis komoditas dan usaha pertanian yang ada di Indonesia baik jumlah maupun sebarannya berdasarkan wilayah Indonesia.
Selain itu, BPS kini telah memiliki data produksi resmi, khususnya data beras dengan menggunakan kerangka sampling lapangan. Ini adalah metode yang diperbarui dan ditingkatkan dalam memperkirakan kapan padi akan dipanen, lalu berapa banyak beras, gabah, dan sebagainya.
Inilah yang kami sebut dengan nasi KSA. Bulan lalu, kami merilis data produksi jagung menggunakan metodologi yang sama dengan yang digunakan untuk memperkirakan produksi beras pada bulan November.
Tentunya data-data tersebut dapat menjadi dasar atau acuan bagi para pemangku kepentingan untuk menggunakan data tersebut guna memperkaya informasi dan memperjelas kebijakan, dan seluruh masyarakat dapat memanfaatkan data tersebut.
BPS memuat data luas panen, disusul data produksi dan produktivitas padi di Indonesia. Seberapa pentingkah data ini saat ini?
Tentu saja data-data ini akan sangat penting. Ini adalah data bulanan kami, dan data luas tanaman, produktivitas dan produksi yang dimiliki BPS menjadi acuan bagi Bulog untuk menentukan berapa banyak yang harus diimpor dan kemudian menentukan stok padi dan beras di Indonesia.
Setelah itu, bisa digunakan untuk menentukan berapa jumlah yang digunakan Kementerian Pertanian, seperti jumlah benih yang dialokasikan kepada petani, atau jumlah subsidi pupuk yang harus kita salurkan.
Hal ini juga menjadi acuan kita dalam membedakan produksi dan konsumsi. Hal ini akan menentukan kekurangan dan kelebihan beras pada bulan ini, dan beras kemudian menjadi makanan utama masyarakat Indonesia.
Apa manfaat lain dari data produksi beras ini?
Oleh karena itu, penggunaan data produksi beras tentunya menjadi dasar penghitungan jumlah gabah yang mampu diserap petani, dan stok beras nasional yang digunakan untuk menghitung neraca komoditas yang merupakan neraca komoditas penting.
Berapa banyak yang kita produksi dan berapa banyak yang kita konsumsi dapat menentukan apakah terjadi surplus atau kekurangan beras pada bulan-bulan tersebut. Hal ini penting karena berhubungan dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya tentang keamanan pangan.
Dengan menggunakan ilmu data untuk mendukung ketahanan pangan, apakah BPS juga dapat melihat pasokan dan permintaan pangan?
Dengan berkembangnya teknologi tentunya BPS harus memperbarui perkembangan teknologi. Kami menggunakan Big Data, lalu kami menggunakan ilmu data. Salah satu teknologi yang digunakan BPS adalah kita menggunakan teknologi penginderaan jauh dan kecerdasan buatan untuk mengetahui potensi penggunaan lahan pertanian.
Dari hasil penginderaan jauh kita dapat mengetahui stadium pertumbuhan padi. Oleh karena itu, metodologi ini kami kembangkan bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappenas, dan Kementerian Pertanian.
Negara-negara lain juga belajar dari Indonesia dalam menggunakan teknologi penginderaan jauh untuk menghitung dan menghasilkan statistik beras. Indonesia cukup maju dibandingkan negara lain, hal itu patut kita apresiasi.
Kedua, kami baru merilis hasil Survei Biaya Hidup 2022 awal pekan ini. Salah satu data yang kami berikan berasal dari survei terhadap konsumen tentang bagaimana mereka menggunakan pasar online atau bertransaksi melalui e-commerce.
Oleh karena itu, kami juga menangkap perilaku konsumen yang menggunakan pasar online untuk memenuhi kebutuhannya.
Ketiga, saya ingin menyampaikan bahwa Indonesia, dalam hal ini BPS, meyakini PBB akan menjadi pusat regional untuk Big Data dan ilmu data. Oleh karena itu, PBB meyakini Indonesia akan menjadi pusat regional PBB untuk ilmu data dan big data.
Apakah ini berarti data science yang dihasilkan BPS dapat membantu masyarakat secara global?
Itu benar. Kami juga telah menjalin nota kesepahaman dengan Biro Statistik Nasional Tiongkok atau BPS Tiongkok untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana penggunaan Big Data untuk meningkatkan kualitas statistik di Indonesia dan Tiongkok. keragaman atau variasi statistik yang dapat kita hasilkan. Karena Big Data merupakan sumber informasi luar biasa yang wajib kita manfaatkan.
Apakah BPS melalui data science dapat membantu pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian mencapai kemandirian pangan?
Tentu saja peran BPS adalah sebagai penyedia data dan kami bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk menghasilkan data dan informasi faktual di lapangan.
Tentunya hal ini sangat bermanfaat tidak hanya bagi Kementerian Pertanian, namun juga bagi kementerian dan lembaga lain yang terkait di bidang pangan, seperti Bapanas, Badan Pangan Nasional, Bulog dan pemangku kepentingan lainnya. Oleh karena itu, kami mencoba memberikan informasi yang diperlukan.
Bisakah data science BPS memprediksi kebutuhan impor pangan nasional?
Oleh karena itu, data science dapat digunakan untuk memprediksi atau memperkirakan jumlah impor yang dibutuhkan. Bahkan, BPS kini membantu memperkirakan berapa banyak impor yang dibutuhkan berdasarkan data produksi dan konsumsi.
Jadi kalau ada perbedaan data produksi dan konsumsi, dan selisihnya pasti lebih tinggi dari produksi, mau tidak mau kita terpaksa harus impor. Ini salah satu perhitungan yang juga dibantu oleh BPS, karena sebagian besar datanya berasal dari BPS.
Karena BPS resmi menerbitkan data ekspor dan impor, kami pasti menyediakan data impor. Jadi yang sebenarnya kebutuhan impor di luar kita adalah dengan menggunakan data selisih produksi dan konsumsi, dan tentunya menggunakan analisis deskriptif, model dan data science, menjadi salah satu kegunaannya di masa depan.
Tentu saja, dengan berkembangnya teknologi, Big Data, dan ilmu data, ini merupakan peluang besar untuk terus memberikan kita data dan wawasan yang lebih baik. Tentu sangat berguna untuk merumuskan kebijakan yang lebih koheren, konsisten dan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Tentu saja Kementerian Pertanian dan instansi pemerintah lainnya juga punya informasinya. Apakah data BPS sesuai dengan data Kementerian Pertanian dan instansi lain?
Ketika BPS resmi merilis data KSA untuk padi dan jagung, data produksi padi dan jagung pun tersinkronisasi. Secara resmi, kementerian dan lembaga terkait menggunakannya sebagai acuan utama.
Sekali lagi, informasi pangan tidak hanya digunakan oleh Kementerian Pertanian, tetapi oleh kementerian terkait seperti Bapanas dan kemudian Bulo. Saat ini Kemendagri pun memerlukan data acuan untuk memantau inflasi daerah, sehingga jika bicara inflasi, fluktuasi harga pangan masuk dalam kategori volatil food.
Inflasi dibagi menjadi tiga kelompok. Ada inflasi dasar, lalu volatil food, dan harga yang diatur, artinya harga diatur oleh pemerintah. Sebagian besar makanan termasuk dalam kelompok makanan yang mudah menguap. Kami memantau hal ini untuk mengurangi gejolak harga pangan.
Pemerintah sendiri mempunyai pusat pengendalian inflasi dan tim pengendalian inflasi daerah. Oleh karena itu, tim pemantau inflasi menggunakan data BPS sebagai acuan karena BPS merupakan lembaga resmi yang menghasilkan data inflasi tersebut.
Jadi tentunya kami berpendapat bahwa kami akan terus mempublikasikan data pangan untuk kepentingan berbagai pemangku kepentingan, dan kedepannya data pangan tersebut akan digunakan untuk menghitung inflasi. Inflasi merupakan salah satu tujuan pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat.
Inflasi memang selalu memusingkan ya Bu?
Namun inflasi Indonesia kini lebih terkendali dibandingkan negara lain. Dalam laporan terbaru BPS, inflasi mencapai 2,86 persen pada bulan November tahun ini, yang relatif rendah dibandingkan negara-negara lain di tengah kekacauan ketidakpastian global dan meningkatnya tekanan harga.
Apakah karena pandemi?
Pandemi di berbagai negara atau dampak geopolitik tampaknya memberikan tekanan pada inflasi global, namun Indonesia berhasil mengendalikannya. Jadi ini sebuah keberhasilan nyata yang patut kita apresiasi.
Adakah ide bagi BPS untuk membangun Big Data pangan guna membantu membangun ketahanan pangan di Indonesia?
Tentu saja, seiring BPS terus menggunakan Big Data, kita akan menghasilkan statistik yang lebih baik, lebih berkualitas, dan lebih beragam. Namun tentunya setidaknya diperlukan beberapa langkah atau langkah untuk mengoptimalkan penggunaan Big Data di BPS.
Pertama, kita memang memerlukan penelitian yang lebih mendalam. Kami juga akan menyiapkan peta jalan masa depan untuk menggunakan Big Data guna memperkaya statistik kami.
Nah yang kedua adalah infrastruktur, karena Big Data adalah cara kita mengelola Big Data yang sangat besar, karena kita memerlukan infrastruktur teknologi yang tidak murah. Infrastruktur harus diselesaikan.
Yang ketiga, tentunya kita perlu bekerja sama dengan pihak-pihak terkait. Sumber Big Data ada banyak, namun bagaimana BPS dapat mengakses sumber Big Data dengan lancar adalah salah satu kebutuhan kita.
Bagaimana BPS dapat memanfaatkan Big Data untuk membantu pertanian dan ketahanan pangan Indonesia?
Pertama, kita perlu mengoptimalkan data besar yang bisa kita peroleh dari citra satelit. Kami menggunakan penginderaan jauh untuk memperkirakan tahapan pertumbuhan padi dengan lebih akurat. Tentu saja teknologi penginderaan jauh terus berkembang.
Kita harus terus mengupayakan pemanfaatan penginderaan jauh atau yang kita sebut dengan citra satelit, dan kita perlu mempertajam dan menyempurnakan metodologi BPS kita, karena Big Data itu berkaitan dengan metodologi pengolahan data dan metodologi pengumpulan data, dan ini penting. .
Oleh karena itu, optimalisasi penggunaan Big Data yang diperoleh dari citra satelit pasti akan berkontribusi pada perbaikan kebijakan keamanan pangan.
Kedua, sumber Big Data lain yang dapat digunakan adalah data lokasi seluler. Ini adalah Big Data lain yang dapat mengevaluasi gerakan sosial kita. Jika Anda mengetahui banyak orang yang tinggal di suatu tempat, tentunya sebaiknya Anda memindahkan persediaan makanan lebih dekat ke tempat banyak orang berkumpul.
Untuk menekan biaya, berarti logistik pangan harus diarahkan ke wilayah di mana banyak orang berkumpul, berada, atau tinggal. Oleh karena itu, ini merupakan salah satu sumber big data yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya logistik dengan mendekatkan pasokan dan permintaan.
Ketiga, tentu ada sumber big data lain terkait transaksi e-commerce. Saat ini banyak masyarakat di Indonesia yang memenuhi konsumsinya dengan berbelanja di pasar online. Inilah salah satu sumber Big Data yang bisa kami kumpulkan.
Misalnya kita melihat tren masyarakat yang lebih banyak makan nasi, atau beralih ke ubi dan singkong. Anda juga bisa melihat pola konsumsi masyarakat di pasar internet.
Oleh karena itu, kami mengumpulkan big data ini dan kemudian mengolahnya menjadi statistik resmi untuk membantu memperkaya upaya kebijakan melalui proses pengambilan kebijakan berbasis bukti. Ke depan, kami ingin Indonesia mampu mengembangkan kebijakan yang benar-benar membumi. pada fakta dan data. Jadi tugas BPS adalah menyediakan data dan fakta.
Apa saja tantangan terberat yang dihadapi BPS dalam membangun ilmu data untuk keamanan pangan?
Pertama, tentu saja, bakat ilmu data masih langka. Indonesia kekurangan talenta digital, talenta, dan ilmuwan data. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk terus mendukung generasi muda untuk belajar dan menjadi profesional di bidang data science.
Karena ilmu data sangat diminati di luar negeri, ini adalah salah satu pekerjaan paling populer di luar negeri karena ilmuwan data sangat diminati dan mereka tahu persis betapa pentingnya data ketika membuat kebijakan atau mendeteksi peluang. untuk perusahaan atau untuk tren masa depannya.
Jadi tentunya mari kita menginspirasi generasi muda di Indonesia untuk bersama-sama mengeksplorasi dan menjadi data scientist yang serius. Inilah yang kami sebut dengan bakat.
Yang kedua adalah infrastruktur, dan tentu saja teknologi. Dan kita harus bisa membuka diri terhadap perkembangan teknologi terkini. Jadi siapapun, organisasi manapun, termasuk BPS, kita akan tetap terbuka terhadap perkembangan teknologi, tentunya kita perlu berusaha keras untuk mengupdate kemajuan teknologi baru yang tentunya membutuhkan biaya.
Oleh karena itu, kita perlu bekerja sama untuk mencari solusi bagaimana mengatasi tantangan tersebut. Terakhir, kita membutuhkan infrastruktur digital. Infrastruktur ini pasti akan terus berkembang dan yang lebih penting adalah keinginan untuk terus menggunakan Big Data atau ilmu data demi kebaikan negara kita.
Bagaimana pemuda dapat mendukung pemerintah dalam ketahanan pangan?
Tentu saya ingin generasi muda, generasi milenial dan generasi Z atau Z atau Gen-Z, bisa mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan terus mengupdate diri dengan kemajuan teknologi terkini. Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, diharapkan hanya generasi muda saja yang bisa terus mempelajari kemajuan teknologi terkini.
Kedua, tentu saja diperlukan kontribusi inovatif dan kreatif generasi muda. Jadi, jika Anda mempunyai ide-ide kreatif, inovatif atau baru, jangan ragu, tapi sampaikan kepada pengambil kebijakan di seluruh tingkatan di Indonesia untuk membangun Indonesia.
Sekarang saya rasa kita lebih terbuka dan tentunya kita mendukung solusi kreatif dan inovatif solusi generasi muda untuk Indonesia yang lebih baik.
Tanpa inovasi, tanpa kreativitas, kita akan tertinggal. Mengapa negara lain bisa mencapai kemajuan? Karena inovasi, riset dan teknologi dijaga dan dikendalikan. Mari rangkul inovasi dan teknologi untuk maju.***