INFOKUTIM.COM, Jakarta Peningkatan kasus COVID di Singapura belakangan ini didominasi oleh subtipe JN.1 yang merupakan turunan dari BA.2.86. Varian COVID-19 ini masih ada dalam keluarga Omicron.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan varian JN.1 sudah masuk ke Indonesia. Bahkan, terdeteksi 4 kasus pasien varian JN.1.
Secara umum temuan varian JN.1 terbanyak berasal dari DKI Jakarta.
“JN.1 sudah ada di Indonesia. Umumnya (ditemukan di DKI),” kata Maxi saat dikonfirmasi Health INFOKUTIM.COM pada Selasa, 19 Desember 2023.
JN.1 sendiri pertama kali terungkap pada bulan September 2023. Selain itu, telah ditemukan di dua belas negara lain, termasuk Spanyol dan Amerika Serikat. Distribusi variasi JN.1 di Indonesia
Max menyebut penyebaran kasus varian JN.1. Distribusi meliputi : Jakarta Selatan : 1 box Jakarta Timur : 1 box Jakarta Utara : 1 box Batam : 1 box
Untuk wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur pendaftarannya pada 17 November 2023, sedangkan Jakarta Utara pendaftarannya pada 23 November 2023.
Sementara itu, laporan Kementerian Kesehatan tertanggal 13 Desember 2023 mengungkap terdeteksinya kasus infeksi COVID JN.1 di Botham.
Berdasarkan laporan harian COVID-19 Kementerian Kesehatan RI, terdapat 2.243 kasus nasional baru di Tanah Air dan dua kematian akibat COVID pada 18 Desember 2023. Pada tanggal 6 hingga 18 Desember 2023, terdapat 2.204 kasus aktif.
Maxi Rein Rondonuwu memastikan belum ada kasus kematian akibat COVID-19 akibat varian JN.1.
“Yang meninggal akibat hasil Whole Genome Sequencing (WGS) tidak ada yang JN.1,” ujarnya.
Singapura telah mencatat lebih dari 60 persen kasus COVID-19 berkat varian JN.1. Rinciannya, tercatat 56.043 kasus COVID-19 pada periode 3 hingga 9 Desember 2023. Pekan lalu jumlahnya bahkan berkisar 32.000 kasus.
Sejak itu, jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit bertambah dari 225 menjadi 325. Jumlah pasien yang dirawat di ICU bertambah dari empat menjadi sembilan.
Namun, tidak ada bukti jelas bahwa JN.1 lebih menular atau lebih serius dibandingkan subvarian lainnya.
Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan dalam pernyataan resmi pada hari Jumat: “Berdasarkan data internasional dan lokal yang tersedia, saat ini tidak ada bukti jelas bahwa BA.2.86 atau JN.1 lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar.” . , 15 Desember 2023 mengutip Channel News Asia. JN.1 memiliki mutasi tambahan
JN.1 adalah subvarian yang berasal dari BA.2.86, yang juga merupakan bagian dari Omicron, seperti yang dijelaskan oleh pakar keamanan kesehatan penyakit menular Johns Hopkins, Amesh Adalja.
“BA.2.86 sendiri memiliki dua puluh mutasi pada protein lonjakan. Sedangkan JN.1 memiliki mutasi tambahan yang digunakan virus SARS-CoV-2 untuk menempel pada sel manusia dan membuat orang sakit,” kata Thomas Russo, pakar penyakit menular. Universitas di Buffalo. , kutipan New York hari ini.
Karena JN.1 merupakan turunan dari BA.2.86, terdapat kekhawatiran bahwa JN.1 dapat dengan mudah di-porting.
“Ada beberapa data yang menunjukkan bahwa BA.2.86 mungkin lebih permeabel dibandingkan Omicron lainnya. Jadi ada kekhawatiran bahwa JN.1, turunan BA.2.86, mungkin lebih permeabel,” kata Thomas Russo.
Di sisi lain, Amesh Adalja belum yakin dengan kemungkinan penularan varian JN.1 lebih lanjut. Pasalnya, saat BA.2.86 pertama kali ditemukan, penyebarannya tidak terlalu cepat.
“Tidak ada bukti bahwa opsi ini akan berbeda saat ini,” katanya.