Jakarta: Elon Musk kembali melontarkan pernyataan kontroversial soal geopolitik global. Kali ini, pemilik platform X memperingatkan berbagai pihak agar tidak menyerang Rusia. apa ini?
Dalam peluncuran situs RT.com, Senin (8/1/2024), Elon Musk membahas strategi militer diX berbasis sejarah dalam sebuah forum diskusi. Dia mulai memberikan bukti bahwa panglima perang dari abad ke-18 hingga ke-19, seperti Horatio Nelson dari Inggris dan Arthur Wellesley dari Wellington, tidak pernah menyerang Rusia. Sebaliknya, mereka menunjukkan kekuatannya dengan mengalahkan Kaisar Prancis Napoleon pada Pertempuran Waterloo pada tahun 1815.
CEO SpaceX dan Tesla menulis, “Wellington sering diremehkan. Tidak setingkat Napoleon, tapi menurut saya masih salah satu jenderal terbaik dalam sejarah.”
Menanggapi komentarnya, seorang pengguna
Musk sepertinya setuju dengan gagasan itu. “Jangan pernah menyerang Rusia. Itu bukan ide bagus,” tulis Elon Musk.
Ia mengkaji kisah ketika tentara Prancis yang dianggap tak terkalahkan melintasi tanah Rusia pada akhir Juni 1812 dan maju dengan cepat, memasuki Moskow pada pertengahan September. Namun setelah itu, pasukan Napoleon hanya bisa mundur, diusir dari Rusia pada akhir tahun dan dikalahkan dengan 400.000 hingga 500.000 tentara tewas.
Sejarawan Rusia mengaitkan keberhasilan militer Rusia dengan keunggulan peperangan patriotik Jenderal Mikhail Kutuzov, keberanian tentara Rusia, serta patriotisme penduduk sipil. Banyak dari mereka bergabung dengan pasukan tempur pada bulan-bulan terakhir perang meskipun kondisi musim dingin sangat buruk.
Selama dua tahun terakhir, Elon Musk sebenarnya mendorong solusi damai atas konflik Moskow dan Kiev. Ia memperingatkan bahwa konflik tersebut bisa berubah menjadi perang nuklir antara Rusia dan Amerika Serikat karena dukungan Barat terhadap Ukraina.
Miliarder tersebut telah memberi pasukan Kiev akses ke internet satelit Starlink namun menolak untuk mengaktifkan layanan tersebut di sekitar Krimea karena kekhawatiran bahwa sistem SpaceX Ukraina dapat memandu drone dan rudal ke sasaran Rusia di semenanjung tersebut.