INFOKUTIM.COM, Jakarta – Generasi sandwich adalah istilah yang mengacu pada orang-orang yang bertanggung jawab menghidupi diri sendiri, orang tua, dan anak-anaknya pada saat yang bersamaan.
Bagi mereka yang tidak siap dan kuat secara finansial dan mental, keadaan ini akan menjadi tekanan yang mengancam penurunan kesejahteraan mental.
Menurut dosen Fakultas Psikologi (FPsi.) Universitas Indonesia (UI), Lathifah Hanum, M.Psi., peran generasi sandwich tidaklah mudah karena harus diperhatikan perbedaan kedua generasi tersebut. .
“Merawat anak dan remaja tentu berbeda dengan merawat orang lanjut usia. Anak-anak dan remaja membutuhkan bimbingan orang tua untuk tumbuh dan menjadi dewasa. “Saat ini para lansia membutuhkan bantuan dalam menjalankan tugas sehari-hari,” kata Lathifah mengutip laman resmi UI, Selasa (9/1/2023).
Situasinya bisa lebih sulit jika lansia yang dirawat memiliki gangguan kesehatan, sehingga generasi sandwich perlu memberikan perhatian terhadapnya, tambahnya.
Banyaknya tantangan yang dihadapi generasi sandwich membuat mereka rentan mengalami stres dan burnout jika tidak memiliki rencana yang matang dalam menunaikan tanggung jawabnya.
Tempat tinggal juga mempunyai pengaruh lain. Mereka yang tinggal bersama dua generasi lainnya mempunyai tanggung jawab sehari-hari yang besar. Seperti menyiapkan makanan sehat, menjadi teman bicara satu generasi, dan menjalankan tugas rutin serta tanggung jawab pribadi.
Sebaliknya, jika generasi sandwich tinggal jauh dari orang tuanya, mereka harus mengirimkan lebih banyak uang untuk mengimbangi ketidakhadiran mereka.
Lathifah menjelaskan, untuk berperan sebagai generasi sandwich, masyarakat perlu mempersiapkan diri dengan baik.
Secara ekonomi, mereka harus memiliki sumber keuangan yang stabil dan memadai. Pastikan kebutuhan keluarga inti terpenuhi sebelum Anda memutuskan untuk menafkahi kebutuhan keluarga besar.
Secara psikologis, individu perlu dipersiapkan untuk menjalankan perannya, terutama dalam menyesuaikan ekspektasi dalam situasi yang berbeda.
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan oleh generasi sandwich adalah kualitas hubungan baik antara orang tua dan anak.
Generasi sandwich harus membangun hubungan baik dengan kedua generasi tersebut. Mereka harus berkomunikasi secara bebas, sehingga berbagai kendala dapat didiskusikan bersama dan dicari solusinya.
“Selain itu, berlatihlah mendiskusikan kendala-kendala yang berbeda sehingga setiap generasi mempunyai kesempatan berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan,” jelas Lathifah.
Hubungan antargenerasi atau hubungan antargenerasi memang banyak manfaatnya, lanjut Lathifah.
Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa setiap generasi berkontribusi dalam pekerjaan rumah tangga.
Generasi sandwich akan mendapat manfaat besar jika orang tua ada di rumah karena mereka dapat membantu mengurus rumah dan mengawasi anak-anak saat mereka bekerja.
Banyak penelitian di Asia Timur yang menunjukkan bahwa generasi sandwich lebih memilih menitipkan anak-anaknya kepada orang tuanya agar anaknya dapat memperoleh pendidikan yang layak. Terutama pendidikan tentang tradisi dan budaya keluarga.
Sementara itu, penelitian di Eropa dan Asia Tenggara menunjukkan bahwa generasi sandwich mendapat bantuan, terutama finansial, dari orang tuanya.
Sebagai imbalannya, generasi sandwich menjadi mitra orang tua dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Fakta ini menunjukkan bahwa generasi sandwich tidak akan menemukan sesuatu yang buruk selama mereka menjalankan tugasnya dengan persiapan yang matang dan pengelolaan yang baik. Padahal, melalui komunikasi ketiga generasi ini akan terjalin keakraban kekeluargaan dan terbangunnya prinsip-prinsip yang baik. . diajarkan secara turun temurun,” pungkas Lathifah.