Gravitasi Kuat Lindungi Bumi dari Ancaman Tabrakan dengan Asteroid

oleh -110 Dilihat
oleh

SAHAM – Gravitasi yang kuat tampaknya mampu melindungi Bumi dari ancaman bencana tabrakan dengan batuan luar angkasa seperti asteroid. Meskipun banyak asteroid yang melintas lebih dekat ke Bumi dibandingkan Bulan setiap tahunnya, tabrakan hebat sangat jarang terjadi.

Massa planet Bumi dan Bulan yang sangat besar memberikan gaya gravitasi yang sangat besar pada benda-benda di dekatnya. Perbedaan gaya gravitasi yang dialami benda-benda tersebut disebut gaya pasang surut.

Gaya pasang surut yang dihasilkan Bumi diperkirakan membantu mengimbangi risiko tabrakan dengan asteroid besar. Namun gaya pasang surut ini juga menimbulkan masalah karena menghasilkan lebih banyak asteroid kecil (NEA) yang berpotensi bertabrakan dengan Bumi.

Jangan khawatir karena pecahan ini berdiameter kurang dari 0,6 mil atau 1 kilometer. Asteroid ini bukanlah ancaman tingkat kepunahan besar. Dua dampak asteroid terbesar terhadap Bumi terjadi di Tunguska dan Chelyabinsk.

Untuk mengatasi ancaman dari asteroid kecil ini, para ilmuwan merekomendasikan penggunaan prediksi lintasan setelah asteroid besar terpecah menjadi asteroid yang lebih kecil. Ide baru ini dikemukakan oleh Mikael Granvik, seorang ilmuwan planet di Universitas Teknologi Lulea Swedia yang telah lama mengamati asteroid yang terisolasi secara gravitasi (NEA).

Granwick dan rekan-rekannya membandingkan hasil model mereka dengan pengamatan asteroid selama tujuh tahun yang dikumpulkan oleh Catalina Sky Survey. Sebuah program yang didanai NASA berdasarkan Teleskop Arizona untuk mendeteksi NEA, atau asteroid dekat Bumi.

Granwick menyadari bahwa asteroid aneh yang mengalami pasang surut ini mungkin merupakan pecahan dari asteroid yang lebih besar. Granwick dan rekannya Kevin Walsh, peneliti di Southwest Research Institute di Colorado, mengatakan pecahan asteroid kehilangan 50% hingga 90% massanya, menyebabkan aliran puing.

Kini model mereka dengan tepat menangkap asteroid yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan, menunjukkan bahwa asteroid tersebut diciptakan oleh gangguan pasang surut. Mereka menjelaskan hasil studi baru yang telah diterima untuk dipublikasikan di The Astrophysical Journal Letters dan tersedia di database pracetak arXiv.

Meski sulit ditemukan, namun gabungan beberapa pecahan asteroid menghasilkan tanda tangan yang bisa kita identifikasi, kata Granvik seperti dikutip SINDOnews dari laman luar angkasa, Selasa (2/1/2024).

Simulasi lebih lanjut menunjukkan bahwa fragmen tersebut bertahan terlalu lama. Rata-rata, ia dapat bertahan hidup 9 juta tahun sebelum bertabrakan dengan Matahari atau planet atau terlempar dari Tata Surya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *