Ini Arti Angka Lima pada Mobil Listrik Omoda E5

oleh -129 Dilihat
oleh

JAKARTA – PT Chery Sales Indonesia (CSI) resmi merakit mobil listrik pertama Omoda E5 di lokasi. Sebelumnya kendaraan ramah lingkungan ini diluncurkan dengan nama Omoda EV. Lalu apa arti angka lima?

Bos merek PT CSI Rifki Setiawan mengungkapkan alasan di balik perubahan nama Omoda EV menjadi E5 untuk mengikuti produk yang sudah dipasarkan ke luar negeri. Namun penempatan angka lima pada mobil listrik mirip SUV ini memiliki arti tersendiri.

“Sebenarnya arti ‘5’ di Omoda E5 itu seperti sebuah seri. Kita ambil contoh Tiggo. Kalau tidak, Tiggo ada 2, 3, 5, 7, 8, dan 9. Artinya dimensi dan segmen masing-masing mobil itu sendiri, kata Rifkie saat berdiskusi dengan Forwot di Bogor, Jawa Barat, Minggu. (03/12/2023).

Rifkie menambahkan, angka lima pada Omoda E5 menunjukkan mobil listrik ini termasuk kelas menengah. Perbedaannya dengan yang lain terletak pada fungsi dan bahan yang digunakan.

“Misalnya 5 sebenarnya lebih kelas menengah, jadi dia kelas menengah. Jika lebih rendah maka akan menjumpai kelas rendah, jika lebih tinggi maka akan menjumpai kelas tinggi. Tiggo 8 misalnya, fiturnya lebih banyak, materialnya lebih bagus, dan sebagainya. “Kalau Omoda jadi Electric 5 karena elektrik,” ujarnya.

Chery memasarkan mobil listrik dan juga menyiapkan infrastruktur pendukung untuk memberikan kenyamanan kepada konsumen. Rifkie mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan pembicaraan dengan pihak terkait mengenai pembangunan stasiun pengisian baterai.

“Kami akan menyediakan infrastruktur untuk mobil listrik. Sekarang kita membahas baik yang dibuat di dealer maupun yang dibuat secara mandiri. Salah satu komitmen Chery adalah kepuasan pelanggan. “Jadi kita maksimalkan untuk mobil listrik,” ujarnya.

Sebagai informasi, mobil listrik Omoda E5 yang diproduksi di Indonesia menjadi basis ekspor ke beberapa negara berpenggerak kanan. Hal itu akan terjadi setelah pabrik Chery berdiri dan memiliki pusat penelitian dan pengembangan.

“Kami juga ingin membangun pabrik dan pusat penelitian sendiri di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi setir kanan,” kata Rifkie.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *