Jangan Diabaikan, Nyeri Haid Seperti Ini Jadi Tanda Endometriosis

oleh -102 Dilihat
oleh

INFOKUTIM.COM, JAKARTA – Tidak semua nyeri haid merupakan hal yang normal. Ada beberapa kasus ketika nyeri sebenarnya merupakan tanda endometriosis.

Jadi bagaimana Anda mengenali nyeri haid yang berhubungan dengan endometriosis? Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Kanadi Sumapraja menjelaskan, nyeri yang melebihi batas toleransi saat menstruasi bisa jadi merupakan tanda endometriosis.

Endometriosis adalah penyakit yang terjadi karena jaringan endometrium – bagian rahim tempat menempelnya sel telur atau sel telur setelah pembuahan – tumbuh di bagian luar dinding rahim. Nyeri haid dapat dikatakan melebihi batas toleransi, antara lain jika menyebabkan perempuan tidak dapat bersekolah atau bekerja serta tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.

“Kalau tidak boleh kerja kantoran, duduk saja, jadi alarm kalau ini sakit yang perlu dikonsultasikan,” kata dr. Kanadi, yang mempraktikkan Dr. Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta pada acara diskusi kesehatan di Jakarta, Jumat (8/3/2024).

Sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis jika Anda perlu mengandalkan pereda nyeri saat melakukan aktivitas selama menstruasi. Dr Kanadi menemukan bahwa sebagian besar wanita terlambat mengetahui tentang endometriosisnya karena mereka masih menganggap nyeri dan nyeri tekan saat menstruasi masih normal atau takut untuk memeriksakan kondisinya.

Menurut Dr. Kanadi, rata-rata wanita tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap endometriosis hingga setidaknya tujuh tahun kemudian. Sebagian besar wanita yang melakukan tes sendiri berusia di atas 35 tahun.

Artinya endometriosis bertahan sangat lama di rongga perut dan seringkali menimbulkan kelainan seperti kista coklat dan benjolan rahim atau adenomiosis dan menyusup ke jaringan dalam. Jika dibiarkan, tidak jarang rasa nyeri tetap muncul meski Anda sedang tidak menstruasi.

“Peradangan kronis membuat lingkungan rahim tidak mendukung kehamilan, tidak hanya menyakitkan, tapi juga mengganggu kesuburan,” kata dr Kanadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *