INFOKUTIM.COM, JAKARTA — Dokter spesialis bedah telinga, hidung, tenggorokan, dan kepala leher lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Erlanga, Dr. Dionisia Vidya, Sp THT-KL menjelaskan penyebab kanker laring menimbulkan gejala suara serak. Hal ini terjadi karena kanker berada pada pita suara.
Otomatis, kalau misalnya ada kanker pita suara, gejala awalnya suara serak, dan suara seraknya cenderung progresif karena pita suara rusak, ujarnya melalui seminar daring yang digelar di Jakarta, Senin (26). . /2/2024).
Laring merupakan saluran yang menghubungkan tenggorokan dengan sistem pernapasan dan berfungsi mengalirkan udara ke trakea. Bagian ini dikatakan sangat penting untuk kelangsungan proses menelan, berbicara, dan bernapas. Menurut Vidya, yang berpraktik di RSUD Pasar Minggu, pita suara merupakan tempat tersering terjadinya kanker laring dibandingkan dua area lainnya, yakni di atas dan di bawah pita suara.
Terkait gejala lebih lanjut, jika kanker pada pita suara semakin membesar maka dapat menimbulkan gejala kesulitan bernapas dan gejala lain seperti kesulitan menelan. “Jika kankernya semakin besar, gejala yang dialami pasien adalah sesak napas, sehingga semakin parah.” “Di belakang pita suara ada pipa makanan, jadi susah ditelan,” kata Vidya.
Vidya mengatakan sel kanker cenderung rapuh sehingga mudah berdarah. Oleh karena itu, penderita kanker laring mungkin akan batuk darah atau mengeluarkan lendir bercampur darah.
Selain gejalanya, Vidya juga bercerita tentang kanker tenggorokan yang lebih banyak menyerang pria dibandingkan wanita, meski tidak menutup kemungkinan wanita juga mengalami masalah kesehatan tersebut. Sedangkan dari segi usia, umumnya dialami oleh mereka yang berusia lebih tua.
Mengenai faktor risiko kanker laring, ia menyebut rokok dan alkohol adalah dua di antaranya. Terkait angka kejadian kanker laring, Vidya tidak menyebutkan angka spesifiknya. Namun, ia mengatakan kanker ini di dunia menempati urutan pertama sebagai kanker kepala dan leher yang paling banyak diderita.
“Namun kanker nasofaring di Indonesia tidak sesering kanker nasofaring,” ujarnya.