INFOKUTIM.COM, Jakarta – PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menilai tahun politik akan mempengaruhi stabilitas pasar modal Indonesia pada tahun 2024. Namun pengaruhnya tidak terlalu signifikan.
Ketua Eksekutif KSEI Samsul Hidayat menilai pemilihan umum (pemilu) 2024 tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap pasar modal Tanah Air. Sebab, masyarakat atau investor sudah bisa menetapkan batasan terkait dunia bisnis dan politik.
“Yang jelas harapannya untuk terus dibangun, meski ke depan ada tantangan. Tantangan terberat di tahun 2024 adalah adanya semacam penantian siapa yang menjadi pemerintah daerah, siapa yang menjadi pemimpin daerah. wilayahnya, orang atau pihak mana,” kata Samsul Hidayat.
Dalam sambutannya, pihaknya berharap pasar modal Indonesia dapat berkontribusi signifikan terhadap perkembangan perekonomian nasional di masa depan serta berkontribusi dalam meningkatkan investasi dunia usaha dan memberikan manfaat terbaik bagi investor dalam dan luar negeri.
“Jangan terlalu pesimis, kami optimistis pasar modal dunia akan terus tumbuh pada level yang sangat tinggi. Harapannya hanya pertumbuhan selalu menjadi tujuan yang kami usulkan,” ujarnya. .
Sementara itu, Direktur Pengembangan Infrastruktur dan Pengelolaan Informasi KSEI Dharma Setyadi mengatakan jumlah investor diyakini akan terus bertambah di tahun politik. Hal ini seiring dengan meningkatnya akses terhadap investasi.
“Bahkan dengan investor yang tumbuh, kami tetap berharap tahun politik berikutnya akan terus tumbuh dan kami akan selalu berkontribusi terhadap pertumbuhan investor,” imbuhnya.
Ia mengatakan, pihaknya memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui lowongan kerja dan fasilitas terkait penerimaan KSEI. Dengan cara ini, pelanggan bisa lebih aman, merasa yakin bahwa file mereka dapat dilacak secara online melalui ujung jari mereka karena mereka dapat menggunakan akses seluler.
Sebelumnya diberitakan, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatatkan pertumbuhan investor sepanjang tahun 2023.
Direktur Utama KSEI Samsul Hidayat mengatakan jumlah investor pasar modal pada tahun 2023 tercatat tumbuh 17,6% dari 10,31 juta pada tahun 2022, meningkat menjadi 12,13 juta pada 20 Desember 2023. Angka tersebut terdiri dari jumlah investor saham dan lainnya. surat berharga (5,23 juta), reksa dana (11,37 juta), obligasi publik atau SBN (999 ribu).
Di sisi lain, menurut data statistik 20 Desember 2023, investor di pasar modal masih didominasi oleh laki-laki 62,33%, berusia di bawah 30 tahun 56,47%, pekerja (negeri, swasta, dan guru) 32,99%, menyelesaikan 64,73% pendidikan SMA, 46,32% berpenghasilan 10 tahun. -100 juta/bulan dan 68,14% tinggal di Pulau Jawa.
“Jumlah ini menurut saya luar biasa atau tidak, setidaknya pertumbuhan ini luar biasa, bahkan ada penurunan dibandingkan tahun 2022, 2021, karena saat itu terjadi peningkatan besar jumlah investor di pasar modal di Indonesia karena ada semacam musibah, semua ingin jadi investor. Dan pasar modal Indonesia tumbuh besar,” kata Samsul dalam acara media event ke-26 KSEI di Jakarta, Rabu (27/12/2023).
Oleh karena itu, KSEI terus melakukan berbagai inovasi untuk mengembangkan pasar modal Indonesia. Dalam waktu dekat, KSEI siap melaksanakan tiga rencana strategis. KSEI telah menetapkan beberapa program strategis pada tahun 2023 dalam upaya memperdalam dan memperluas layanan di era digital, melalui penguatan infrastruktur, inovasi dan pengawasan terintegrasi, untuk menjadikan KSEI sebagai pusat informasi dan pusat keuangan.
“Hal ini juga sejalan dengan visi dan misi manajemen yang juga didukung oleh seluruh pegawai KSEI,” ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Pembinaan dan Pengawasan Proteksi Eqy Essiqy mengatakan kekuatan kaum muda dalam statistik investasi juga menunjukkan besarnya kepemilikan reksa dana melalui agen penjual reksa dana berbasis teknologi (SA) finance. (fintech).
Data KSEI mencatat 9,39 juta rekening reksa dana berada di fintech SA atau sekitar 77,49%. Eqy menambahkan, hal ini membuktikan bahwa alat digital menjadi metode yang paling banyak digunakan investor untuk berinvestasi di pasar modal.
“KSEI juga melihat adanya peningkatan jumlah aset yang dicatatkan di KSEI, baik saham, surat berharga lainnya, maupun reksa dana,” kata Eqy.
Lanjutnya, total aset saham dan efek lainnya yang terdaftar di sistem C-BEST KSEI meningkat 14,86% menjadi 7,715 triliun per 20 Desember 2023. Jumlah saham dan efek lainnya juga meningkat 16,73% dari tahun 2022, dengan His harga mencapai 2.874. saham dan surat berharga lainnya.
Di sisi lain, dari sisi kinerja reksa dana, jumlah dana kelolaan (AUM) yang terdaftar di KSEI mengalami penurunan sebesar 3,76%, dari Rp 797,31 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp 767,32 triliun per 20 Desember 2023, dengan jumlah produk reksa dana mengalami penurunan sebesar 6,84% menjadi 2.249 per 20 Desember 2023. Penurunan data reksa dana ini merupakan bagian dari pergerakan dan perkembangan industri reksa dana di Indonesia.
Sebelumnya diberitakan, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) memperkirakan pertumbuhan investor baru bisa mencapai 30 persen pada 2023. Jumlah tersebut sebenarnya lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan investor dalam beberapa tahun terakhir.
Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo mengatakan perkiraan tersebut mempertimbangkan situasi saat ini, dimana bencana yang menyebabkan peningkatan jumlah investor pada tahun 2020 dan 2021 mulai melambat.
“Kita harapkan mungkin sekitar 20-30 persen, karena banyak faktor, seperti situasi politik yang baik tahun depan, dan kita berharap Indonesia terbukti tangguh,” kata Uriep dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat. /12/2022). ).
Di sisi lain, Uriep menyebut adanya bonus demografi usia kerja di Indonesia pada tahun 2035. Hal ini dipandang sebagai peluang untuk meningkatkan jumlah investor, khususnya generasi muda.
Hal ini sejalan dengan target Otoritas Jasa Keuangan sebanyak 25 juta investor pada tahun 2027.
“Makanya target OJK di tahun 2027 adalah 25 juta investor. Ini tantangannya, dalam lima tahun kita harus mencari 15 juta investor baru. Jadi, per tahun ada 3 juta,” ujarnya.
Per 16 Desember 2022, jumlah investor di pasar modal meningkat 36,70 persen mencapai 10,24 juta SID dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar 7,49 juta SID.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2020 terjadi peningkatan sebesar 56 persen menjadi 3,88 juta SID. Tren ini berlanjut pada tahun 2021 dengan peningkatan investor baru sebesar 92,99 persen menjadi 7,49 juta SID.