Menko PMK Ungkap Tidak Ada MCK Bisa Pengaruhi Tingginya Angka Stunting di Masyarakat

oleh -101 Dilihat
oleh

Laporan jurnalis INFOKUTIM.COM.com, Aysia Nursiams

INFOKUTIM.COM.COM, JAKARTA – Selain memenuhi kebutuhan gizi anak, akses terhadap fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK) jelas erat kaitannya dengan stunting.

Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhajir Effendi pada acara perayaan keluarga anak usia dini (BKB) 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang digelar di kantor Badan Kependudukan Nasional. dan Keluarga Berencana (BKKBN).Jakarta.

Ia pun membeberkan contoh kasus saat berkunjung ke Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pulau Komodo memiliki ikan segar yang tidak terkontaminasi polusi laut.

Ikan laut diketahui memiliki kadar protein hewani yang tinggi dan sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak.

Namun, kurangnya toilet di masyarakat membuat angka stunting tetap tinggi.

“Ada sebuah desa di Pulau Komodo yang angka stuntingnya, meski dekat dengan banyak ikan laut, tapi sangat tinggi. Setelah saya tanyakan, ternyata dari 600 lebih kepala keluarga (KK), 84 KK tidak memiliki toilet,” ujarnya di Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Tanpa adanya toilet atau WC, masyarakat lebih memilih buang air besar di luar.

“Di laut, saat saya sedang memberi makan ikan. Mereka juga memberi makan ikan, menangkapnya, dan memakannya lagi. Dan ternyata cacingnya banyak. Dan itu bisa membuat anak-anak di sana terkena cacingan,” tegasnya.

Artinya, kata Muhajir, permasalahan keterbelakangan bukan hanya sekedar gizi.

Namun hal ini juga berkaitan dengan kebersihan, sanitasi, dan akses terhadap air bersih.

Selain itu, Muhajir juga menjelaskan mengapa masih ada masyarakat yang belum memiliki toilet.

Salah satunya karena terbatasnya jumlah air di masyarakat.

Oleh karena itu, daerah harus membeli air, tidak boleh tanggung-tanggung, harus ke Labuan Bajo. Satu kawat kecil berharga Rp. 6 ribu. Ini salah satu penyebab mereka tidak punya toilet,” jelasnya.

Meski terdapat WC umum dalam kondisi baik, namun tidak digunakan. Penyebabnya lagi-lagi keterbatasan air.

“Saya bertanya mengapa mereka tidak menggunakannya?” Karena dia membeli air. Tak menyangka airnya tidak selalu bersih, air laut pun bisa melakukan itu (pembilasan toilet). Bahkan bagus karena mengandung garam dan bakteri. Dia mungkin mati,” kata Muhajir.

Oleh karena itu, ia pun menghimbau kepada 1.000 kelas parenting HPK lulusan kelas Orang Tua (Kerabat) Hebat BKB untuk menyebarkan edukasi kepada masyarakat.

“Tugas lulusan adalah menjadi tenaga KB yang memahami seluk beluk urusan masyarakat.” Menjadi ibu dan ayah yang berpendidikan. Masih banyak ilmu yang perlu dipelajari masyarakat,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *