Laporan Koresponden INFOKUTIM.COM.com, Eko Sutriyanto
INFOKUTIM.COM.COM, JAKARTA – Ketika lanskap digital menjadi lebih kompleks dan sebagai tindakan pencegahan terhadap meningkatnya ancaman siber, pakar keamanan siber yang andal kini sangat dibutuhkan.
Laporan Kesenjangan Keterampilan Keamanan Siber Global tahun 2023 yang dirilis oleh Fortinet menemukan bahwa 68 persen perusahaan menghadapi peningkatan risiko karena kurangnya pakar keamanan siber.
Dunia bisnis telah mencari kandidat tradisional atau mereka yang memiliki gelar di bidang terkait atau memiliki pengalaman kerja di bidang keamanan siber untuk mengisi posisi keamanan siber, namun pendekatan ini tidak lagi memadai mengingat meningkatnya kebutuhan akan profesional keamanan siber.
Pakar IT dan pakar keamanan digital Charles Lim mengatakan Indonesia yang sudah memasuki era digital saat ini masih kekurangan pakar keamanan siber.
“Mulai saat ini, setiap perusahaan swasta yang bersifat digital membutuhkan jutaan personel keamanan siber, belum lagi pemerintah, lembaga pendidikan, dan sebagainya,” ujarnya kepada INFOKUTIM.COM.com di luar acara pembukaan studi hybrid dan pascasarjana. Program (HEV) Electric Vehicle dan IT-Cyber Swiss German University di Tangerang, Sabtu (9/12/2023).
Wakil Kepala Teknologi Informasi SGU mengatakan dia baru-baru ini bertemu dengan pejabat penting TNI dan Badan Pertahanan Nasional membutuhkan puluhan ribu personel keamanan siber.
Jadi lihat perbincangan kemarin dengan aparat TNI, mereka butuh 47 ribu personel siber dari Sabang sampai Merauke. Saat ini Unhan hanya punya keamanan siber. Jadi kita butuh lebih banyak lulusan keamanan siber, ujarnya.
Jika melihat sejarah awal, kebutuhan akan personel keamanan siber dimulai pada tahun 2004 setelah situs KPU diretas sehingga menimbulkan keributan di seluruh Indonesia.
Pelaku berhasil mengubah nama partai menjadi Partai Si Yoyo, Partai Warna Ijo, Partai Web Pertama dan lain-lain serta mencoba mengubah hasil pemungutan suara namun gagal.
“Sejak website KPU diretas pada tahun 2004, staf siber mulai dibutuhkan, dan kebutuhan tersebut meningkat hampir 20 tahun kemudian karena digitalisasi perusahaan didorong oleh Pak Eric Thohir dan sekarang saya hampir setiap minggu ditanya apakah ada. lulusan yang mampu, teruslah berkarya,” ujarnya. Di tengah kebutuhan yang sangat besar, dengan jumlah lulusan yang belum mencukupi, hal ini mendorong SGU untuk memperkenalkan program sarjana khusus bidang keamanan siber.
Moulahikmah Gallinium selaku Dekan Fakultas Teknik dan Teknologi Informasi SGU menyampaikan bahwa program gelar Sarjana IT – Cyber Security berfokus pada pengembangan solusi keamanan siber yang inovatif untuk melindungi data dan sistem informasi dari serangan siber.
“Program ini telah dirancang dengan cermat untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memahami, menganalisis, dan memperkuat diri mereka terhadap perkembangan ancaman dan serangan dunia maya di dunia digital,” ujarnya.