INFOKUTIM.COM, JAKARTA – Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) menyoroti minimnya calon wakil presiden 2024 dalam debat Pilpres, Minggu (21/1/2024) terkait isu kedaulatan pangan. .
Meski tema pangan, menurut KRKP, ketiga cawapres tersebut kerap menyinggung reforma agraria, sertifikasi tanah, pemberian pupuk bersubsidi, hilirisasi, perkebunan pangan, partisipasi petani dan beberapa kata lain yang diucapkan berkali-kali.
Koordinator KRKP Said Abdullah mengatakan ketiga calon wakil presiden tersebut juga tidak menjelaskan secara gamblang strategi untuk mencapai hal tersebut. Bahkan Said menilai pemahaman calon wakil presiden terhadap bidang pertanian masih kurang.
“Misalnya ketika ada pertanyaan tentang strategi apa yang akan diterapkan untuk memperkuat sektor pertanian pangan, maka jawabannya adalah dengan membuka pabrik pupuk kimia di Pope. Tidak ada strategi yang jelas bagaimana negara bekerja. sektor pertanian pangan, sektor pangan,” kata Republika, Senin (22/1/2024).
Said mengatakan, jawaban yang muncul dalam perdebatan tersebut juga terkait dengan pupuk, tanah dan lain-lain. Jika parameter KRKP yang digunakan adalah pilar kedaulatan pangan, maka capres hanya akan fokus pada pilar terkait penguatan akses petani terhadap input pertanian seperti tanah, pupuk, teknologi dan lain-lain.
KRKP merumuskan pilar kedaulatan pangan antara lain, akses terhadap sumber daya produksi terutama tanah (reforma agraria), pertanian ekologis, keadilan pasar bagi petani, serta sistem dan pola konsumsi pangan lokal. Sedangkan pilar lainnya belum tersentuh secara mendalam dan detail. Memang, petani dan kedaulatan pangan bukan hanya soal lahan.
“Karena bukan hanya soal pupuk bersubsidi atau tidak, tapi juga persoalan model pertanian berkelanjutan, serta persoalan harga dan keadilan pasar bagi petani serta kekuatan sistem dan keanekaragaman. pangan lokal nusantara,” kata Saur.
Konon, jika menggunakan pengetahuan umum, rata-rata kandidat mengucapkan 165 kata dalam satu menit, jadi setidaknya ada 14.850 kata tadi malam. Dari jumlah kata tersebut, calon presiden nomor urut 3 hanya sekali menggunakan kata terkait kedaulatan pangan.
Sementara calon presiden lainnya belum mengungkapkannya. Seperti halnya panel, tidak ada yang diminta menggunakan kata kedaulatan pangan.
Selain itu, Said menekankan penggunaan kata dan kalimat yang digunakan untuk menjelaskan visi dan misi calon presiden menunjukkan bahwa petani masih diposisikan sebagai objek, hanya alat produksi. Artinya, orientasinya hanya pada pengembangan pangan pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produksi, bukan pada kesejahteraan petani.
“Strateginya pasti tidak. Bagi sebagian orang, aliran sungai bisa dianggap sebagai salah satu jalan? Sepertinya belum jelas apa arti aliran bagi petani dan bagaimana strateginya. Padahal, permasalahannya di sektor pertanian. sektor pangan sangat besar dan memerlukan strategi yang komprehensif dan inovatif, tidak sekedar mengulang kebijakan atau program yang sudah ada.” “Terbukti gagal,” katanya.
Karena itu, kata Said, secara umum debat capres keempat pada Minggu malam menunjukkan calon wakil presiden tidak memiliki visi yang jelas dalam membangun kedaulatan pangan. Sama dengan misi dan strateginya.
“Saya tidak mengerti gambarannya. Memang kita membayangkan pemerintahan ke depan mempunyai visi, misi, dan program yang kuat untuk mewujudkan Indonesia berdaulat pangan atau sesuai amanah Pak Karno, swasembada sukunya sendiri. urusan pangan,” ujarnya.