Perpusnas: Peningkatan Budaya Gemar Baca Butuh Proses Panjang

oleh -34 Dilihat
oleh

INFOKUTIM.COM, JAKARTA – Plt Kepala Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas) E Aminudin Aziz mengatakan, perlu proses panjang untuk meningkatkan budaya membaca di masyarakat. Oleh karena itu, kata dia, Perpusnas menggencarkan program literasi kepada anak-anak usia PAUD dan sekolah dasar (SD) yang mudah untuk dibiasakan.

“Menilai keberhasilan pembelajaran literasi itu tidak seperti makan cabai. Saat menggigit cabai atau cabai rawit terasa panas. Bukan begitu, karena semua keterampilan literasi perlu dibangun. Prosesnya panjang, tidak terjadi apa-apa. sekaligus, suka membaca hari ini,” ujarnya. Amin berbicara tentang literasi di Perpustakaan Nasional Jakarta, Jumat (19 Januari 2024).

Di bawah kepemimpinan ke depan, Perpusnas memang akan mengefektifkan beberapa program. Salah satunya adalah penguatan budaya belajar dan peningkatan literasi. Amin berpendapat, budaya belajar di Indonesia tidak rendah, namun cukup tinggi. Namun terdapat kendala berupa terbatasnya jumlah buku cetak dan e-book.

“Karena kendalanya adalah kurangnya buku, ke depan kami menargetkan menyediakan 1.000 judul buku di masing-masing 10.000 lokasi tersebut,” ujarnya.

Dijelaskannya, setelah serah terima buku tersebut, akan dilakukan pelatihan bagi kepala perpustakaan dan taman belajar umum (PLP) di masing-masing departemen. Langkah ini diambil untuk memberikan dampak langsung kepada masyarakat karena mereka akan merasakan manfaatnya secara langsung.

“Tujuan utama kami menyediakan buku-buku ini untuk anak-anak PAUD dan SD. Mereka ada di desa-desa. Kami menyebutnya gerakan membaca Indonesia. Kami memulainya dari awal agar anak-anak bisa lebih mengenal buku melalui penerbitan buku-buku tersebut, jelas Amin.

Langkah tersebut diambilnya di tengah maraknya penggunaan gadget dan internet di masyarakat. Media sosial banyak digunakan sebagai sarana komunikasi dan hiburan. Situasi ini menjadi semakin mengkhawatirkan karena aplikasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran atau buku tidak termasuk dalam aplikasi yang paling banyak diunduh.

“Karena dia bisa pinjam kemana saja dengan lebih mudah dibandingkan menghubungkannya ke gawainya. Ada listrik, ada pulsa, ada macam-macam. Makanya kampanye ini harus dilakukan.” – katanya.

Diakui Amin, keberadaan dunia digital tidak bisa dipungkiri. Namun melalui kampanye tersebut, Perpusnas ingin memahami bahwa ada manfaat lain ketika seseorang membuka buku secara fisik, misalnya di kedalaman sesuatu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *