Pindah ke Bisnis Ramah Lingkungan, UMKM Mebel Terbentur Ongkos Logistik Tinggi

oleh -42 Dilihat
oleh

INFOKUTIM.COM, Jakarta – Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki melihat potensi besar UMKM furnitur beralih ke usaha ramah lingkungan. Meski banyak tantangan yang harus dihadapi seperti tingginya biaya atau pengeluaran logistik. 

Hal tersebut disampaikan Teton Mastuki pada Selasa (27/2/2024) di Hotel INFOKUTIM.COMr, Kabupaten Tangerang, Kading Serpong, Bandon, dalam konferensi pengembangan ekosistem furnitur berkelanjutan yang bertujuan untuk emisi bersih.

Teten menjelaskan kemungkinan ke depan, dimana tren wirausaha muda bisa beralih ke perusahaan ramah lingkungan. Dari jumlah tersebut, 84 persen tertarik pada perusahaan ramah lingkungan, 58 persen telah memulai bisnis untuk memperbaiki lingkungan, dan 56 persen memproduksi pakaian ramah lingkungan, produk rendah CO2, dan sistem pengurangan limbah.

Peluang terbaik industri furnitur, kinerja UMKM furnitur 2021-2023, pasar furnitur 2,8 miliar dollar Indonesia, hutan produksi Indonesia 6,8 hektar, pemasok rotan dunia 85 persen, tenaga kerja langsung 805 ribu. Industri furnitur, katanya.

“Meski kontribusi kerajinan tidak sebesar subsektor kuliner atau fesyen, namun subsektor kerajinan masih memiliki potensi pertumbuhan yang besar,” tegas Detton. 

Di sisi lain, dia tidak memungkiri bahwa sektor UMKM industri furnitur menghadapi banyak tantangan yang perlu diatasi bersama.

“Mulai dari permasalahan bahan baku hingga tingginya biaya logistik, kita perlu mencari solusi bersama untuk menjamin kelangsungan dan pertumbuhan sektor ini,” tambah Deden.  Rumah produksi bersama

Dikatakannya, dalam mengatasi tantangan tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM selalu berkomitmen untuk memperkuat kapasitas sektor furnitur dengan memperkuat kapasitas usaha Koperasi Usaha Produksi (RPB).

“Telah dibangun RPB muatan rotan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah yang mengolah bahan baku rotan menjadi produk setengah jadi dan furnitur,” kata Deton.

“Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menjamin ketersediaan bahan baku, memperkuat pasar dalam negeri dan meningkatkan ekspor, serta memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah dan devisa negara,” ujarnya. 

Sebelumnya, Himpunan Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) sepakat dengan pemerintah untuk menargetkan ekspor furnitur dan kerajinan tangan sebesar US$5 miliar pada tahun 2024. 

Namun HIMKI memahami bahwa untuk mencapai tujuan tersebut di atas diperlukan dukungan berbagai pihak yaitu pemerintah; pelaku usaha mebel dan kerajinan skala kecil, menengah, dan besar; desainer; Pemangku kepentingan lainnya termasuk media dan perusahaan swasta lainnya yang tertarik dengan pengembangan sektor furnitur dan kerajinan nasional.

Abdul Sopur, Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), menjelaskan sembilan langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai target ekspor sebesar $5 miliar pada tahun 2024. 

Langkah pertama adalah penyediaan bahan baku utama dan bahan penolong yang cukup. Ketersediaan bahan baku yang berkualitas dan stabil terhadap harga menjadi salah satu faktor penentu daya saing industri mebel dan kerajinan. 

Setidaknya 30 persen dari total kebutuhan tersebut masih diimpor untuk memenuhi kebutuhan kayu, seiring dengan masih kurangnya kayu perkakas (hardwood) dari kawasan hutan dalam negeri.

Bayangkan target ekspor furnitur dan kerajinan tangan senilai US$5 miliar pada tahun 2024, yang 55 persennya masih merupakan produk berbahan dasar kayu, atau pasar ±12 juta m3 jenis kayu berbeda dengan kualitas dan kualitas yang sama,” kata Abdul dalam sebuah pernyataan. keterangan tertulis di Jakarta pada Selasa (02/01/2024).

Selain kayu, dibutuhkan sekitar 67.194 ton bahan baku rotan siap pakai untuk mendukung target ekspor.

Yang kurang penting dan perlu mendapat perhatian adalah bahan pembantu/penolong atau aksesoris seperti asesoris/aksesoris, bahan pengemas dan bahan finishing yang berperan dalam proses pembuatannya.

Langkah kedua adalah modernisasi peralatan dan teknologi produksi. Salah satu program andalan pemerintah melalui Kementerian Perindustrian yang sudah terbukti dampaknya terhadap efisiensi, produktivitas dan standardisasi mutu adalah program restorasi atau peremajaan mesin/peralatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Kehutanan dan Hortikultura (IHHP). untuk kayu. Sektor industri pengolahan termasuk industri mebel (industri skala menengah – besar).

Skema ini dilaksanakan oleh Direktorat Industri Kecil Menengah dan Usaha Lainnya (IKMA) untuk upgrade mesin/peralatan industri kecil dan menengah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *