Laporan jurnalis INFOKUTIM.COM.com Aisya Narsansi
INFOKUTIM.COM.COM, JAKARTA- Banyak orang yang beranggapan jika olahragawan atau atlet dalam keadaan sehat maka akan selalu sehat dan terhindar dari penyakit.
Namun, kabar seorang olahragawan meninggal karena serangan jantung merupakan hal yang lumrah.
Hal tersebut dijelaskan oleh Ketua Persatuan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dr Sally Aman Nasution SpPD-KKV FINASIM FACP.
Atlet mempunyai kondisi fisik yang berbeda dengan orang normal.
Atlet memiliki jantung yang lebih besar dari biasanya karena seringnya latihan fisik.
Karena kita terbiasa latihan, oksigen cukup untuk aktivitas fisik berat, kata dr Sali dalam jumpa pers virtual, Jumat (12/8/2023).
Aktivitas fisik para atlet jelas sangat tinggi karena mereka melakukan banyak latihan setiap hari.
“Dia harus punya tenaga untuk lari berkilo-kilo. Jantungnya berubah. Jantungnya berubah, ini benar-benar dicermati. Ada risiko iskemia,” jelasnya.
Penyakit jantung iskemik adalah suatu kondisi medis yang terjadi ketika aliran darah ke jantung berkurang karena penyumbatan sebagian atau seluruhnya pada arteri koroner.
Orang dengan pembesaran jantung atau kardiomegali, dalam istilah awam, berisiko mengalami kekurangan oksigen.
Hal ini disebabkan otot jantung bekerja keras dan kondisinya kaku.
Akibatnya darah tidak bisa terpompa dan bisa memicu penyakit yang lebih mengancam jiwa, yaitu gagal jantung.
“Jadi, oksigennya tidak cukup,” tambahnya.
Sehingga mereka selalu memiliki tim medis atau ahli kesehatan yang memeriksa kondisi fisik atletnya.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan rutin. Apalagi dengan atlet yang berjiwa besar.
Faktanya, di antara atlet terlatih, ada atlet yang jantungnya lebih besar dari biasanya. “Saat dilakukan pemeriksaan rutin untuk memeriksa apakah atlet tersebut masih dalam batas normal (gangguan jantung),” jelas dr Sali.