INFOKUTIM.COM, Jakarta SpaceX meluncurkan satelit Starlink gelombang pertama yang mampu mentransmisikan sinyal seluler pada Selasa pekan ini waktu setempat.
Jadi ke depannya, pengguna ponsel bisa mengirim pesan menggunakan sinyal satelit Starlink di luar angkasa.
Mengutip Tech Crunch, pada Kamis 1 April 2024, SpaceX meluncurkan enam satelit Starlink dengan roket Falcon 9, dengan jadwal pengujian pada tahun ini.
Bisnis luar angkasa Elon Musk telah mencapai kesepakatan dengan operator seluler pada Agustus 2022 untuk menyediakan akses internet bagi pengguna ponsel di zona mati melalui satelit Starlink miliknya.
SpaceX mendapat izin dari otoritas Amerika Serikat (AS) pada Desember lalu untuk menguji satelitnya bersama operator T-Mobile.
Selain itu, SpaceX juga berkolaborasi dalam teknologi konektivitas langsung dengan operator telekomunikasi di negara lain, antara lain Optus Australia, One NZ Selandia Baru, Rogers Kanada, dan KDDI Jepang.
Otorisasi ini, yang diberikan oleh Komisi Komunikasi Federal, berlaku selama 180 hari.Menurut SpaceX, pengujian tersebut akan mencakup 840 satelit yang akan menyediakan konektivitas 4G ke sekitar 2.000 ponsel cerdas yang tidak dimodifikasi.
Menurut situs resmi perusahaan, satelit Starlink akan bertindak sebagai “menara telepon di luar angkasa”.
Starlink memperkirakan layanan perpesanan dan SMS akan tersedia tahun ini, dan layanan suara dan data akan terhubung ke perangkat Internet of Things pada awal tahun 2025.
Namun, SpaceX memerlukan persetujuan peraturan sebelum meluncurkan layanan komersial.
Operator AS T-Mobile juga mengkonfirmasi pengumuman tersebut. Namun, mereka mengatakan belum bisa menyediakan layanan satelit kepada pelanggannya karena masih dalam tahap pengujian.
“Peluncuran satelit seluler pertama ini merupakan demonstrasi menarik dari teknologi kami untuk SpaceX,” kata Sarah Spangelo, direktur senior teknik satelit SpaceX.
CEO SpaceX Elon Musk pun mengucapkan terima kasih atas peluncuran satelit seluler langsung Starlink. “Ini akan memungkinkan konektivitas seluler di mana pun di dunia,” kata orang terkaya di dunia itu tentang akun X-nya.
Namun Musk juga memberikan rinciannya. Menurutnya, ini adalah “solusi yang baik untuk wilayah tanpa jangkauan seluler, namun tidak mampu bersaing dengan jaringan seluler berbasis darat yang sudah ada.”
Satelit Internet Starlink sendiri menyatakan akan menyediakan layanan di Indonesia pada tahun 2024. Hal ini menjadi tantangan bagi operator seluler dan penyedia layanan internet di Indonesia.
Selain itu, operator dan penyedia layanan Internet di Indonesia menerima biaya pengelolaan frekuensi BHP. Di sisi lain, ketika pembangunan infrastruktur menghabiskan banyak biaya, operator dan penyedia layanan Internet harus menyediakan Internet yang terjangkau.
Starlink menyatakan akan memasuki Indonesia dengan layanan SMS sebelum menawarkan layanan suara dan data serta konektivitas IoT pada tahun 2025. Kehadiran Starlink juga penuh hak dan membuat industri seluler menerima panggilan lebih buruk lagi.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Telekomunikasi Indonesia (ATSI) menanggapi pengoperasian satelit Internet Elon Musk dengan mengatakan keterlibatan Starlink dapat mengancam bisnis telekomunikasi jika tidak dikelola dengan baik.
“Jika tidak dikelola dengan baik, bisnis Starlink dapat mengancam bisnis operator telekomunikasi tanah air seperti operator seluler, jartup, dan satelit GSO,” kata Sekretaris Jenderal ATSI Marwan O Baasir dalam wawancara baru-baru ini.
Marwan mengatakan, tidak hanya penyedia layanan Internet besar, perusahaan kecil juga bisa terancam.
Selain itu, kata dia, Starlink belum mendapatkan lisensi penyedia layanan ISP di Indonesia dan masih menggunakan IP global sehingga dapat menimbulkan masalah kedaulatan data dan privasi.
ATSI merekomendasikan agar pemerintah menerapkan kebijakan serupa jika Starlink masuk.
“Layanan Starlink akan berkontribusi pada layanan B2B, dan saat ini sebaiknya bekerjasama dengan operator satelit Indonesia yang harus memiliki izin hak hunian dan izin penyelenggaraan layanan backhaul,” kata Marwan.
Tak hanya itu, agar Starlink tidak terkesan seperti acara karpet merah, ATSI meyakini Starlink perlu menggunakan alokasi nomor IP Indonesia, membangun server dengan DRC Indonesia, dan mematuhi undang-undang interferensi Indonesia.
ATSI mengklaim Starlink, seperti operator telekomunikasi dan penyedia layanan internet lainnya, merupakan penyedia layanan dan harus membayar BHP Telp dan USO.